Yuk Jaga Kesehatan Mental Mommies
Kalau bicara soal mental seorang ibu, memang tidak ada habisnya. Setiap hari seorang ibu harus menghadapi banyak tekanan atau permasalahan yang rasanya tidak ada habisnya. Sudah melakukan yang terbaik pun, kadang tetap ada ‘omongan-omongan’ tidak enak yang diterima. Rasanya serba salah. Apa bisa seorang ibu benar-benar merasa sehat secara mental?
Walaupun sepertinya sulit, tapi moms bisa minimalisir
gangguan-gangguan yang timbul lho. Saya sangat termotivasi setelah membaca buku “Berani
Tidak Disukai” karangan Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Seringkali kita para
ibu dituntut untuk memenuhi ekspektasi orang lain, terutama terkait dengan
pengasuhan anak. Tanpa disadari, kita jadi melupakan ekspektasi kita sendiri,
padahal sewajarnya kita menjalani kehidupan sesuai dengan yang kita harapkan, dan
bukan harapan orang lain. Bukan berarti kita sama sekali tutup kuping dan tidak
menerima masukan karena bisa saja kita salah, tapi ketika kita sudah
mempertimbangkan dengan matang dan membuat keputusan maka jalani saja tanpa
ragu, walaupun mungkin ada komentar ‘miring’ yang kita terima.
Menurut saya isi buku ini juga relate dengan kehidupan para
ibu, terutama di Indonesia, dimana budaya saling judging atau mengomentari satu
sama lain masih sangat lazim, bahkan untuk hal pribadi pun. Tapi kalau kita
teguh dengan prinsip dan tujuan kita, maka omongan orang tidak akan berpengaruh
apa-apa pada hidup kita. Pengalaman saya sendiri ketika menyusui anak pertama
rasanya seperti dihakimi oleh banyak orang, bahkan orang terdekat sekalipun. “Kasihan
anaknya nangis terus, apa ngga dikasih susu formula saja?”, “Badanmu kurus memang
ada ASInya?” omongan-omongan seperti ini sangat tidak mendukung keyakinan saya untuk
menyusui bayi saya. Apalagi ketika ASI diperah hasilnya sangat sedikit, rasanya
sangat frustasi dan ingin menyerah saja. Secara teori saya tahu bahwa di awal kelahiran, ASI memang
keluar sedikit tapi akan meningkat perlahan bila terus dihisap bayi, tapi
waktu itu rasanya teori-teori tsb jadi kurang meyakinkan.
Waktu itu saya galau tapi belum menyerah. Saya teringat
bahwa menyusui adalah kodrat, dan di kitab panduan agama saya, para ibu
diperintah utk menyusui anaknya sampai 2 tahun, masa iya saya ngga bisa? Beruntung
masih ada support dari suami dan orang terdekat. Kakak saya menyarankan untuk
istirahat dan menenangkan pikiran. Alhamdulillah, setelah tidur dan menenangkan
pikiran, dibantu dengan konsumsi makanan yang sehat dan enak, perlahan produksi ASI saya
meningkat dan saya bisa menyusui sampai 2 tahun. Pemberian ASI full sampai 2
tahun juga saya lakukan sampai anak ke-3, alhamdulillah.
Kembali ke masalah mental seorang ibu baru, selain terkait
dengan judging, banyak juga pergumulan batin yang bisa terjadi seperti ketika anak
sakit atau mengalami gangguan tumbuh kembang, pasangan yang tidak suportif, anak tidak bisa
diatur, dsb memang hal-hal seperti ini tidak bisa dihindari sepenuhnya. Bila mommies
ada yang mengalami hal-hal yang sudah sangat mengganggu pikiran dan aktivitas
sehari-hari, kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog untuk mencari jalan keluar
terbaik secepatnya, karena mendiamkan masalah akan membuatnya semakin besar dan menumpuk.
Beberapa tips untuk menjalani kehidupan dengan mental lebih
baik, terutama sebagai new moms:
-
Berdoa dan bersyukur
-
Olahraga walaupun ringan tapi rutin (walau kadang saya malas olahraga tapi efek perbaikan mood setelah olahraga sangatlah
terasa)
-
Diet sehat dan mengurangi junk food
-
Cukup istirahat
-
Menulis jurnal harian atau mingguan
-
Mengurangi scrolling sosmed atau penggunaan gadget berlebihan (penggunaan berlebihan bisa berefek buruk juga pada mental terkait dengan hormon dopamine, kapan-kapan kita bahas soal ini ya..)
-
Banyak mengobrol dengan pasangan
-
Chat atau telpon sahabat dan keluarga
-
Minta bantuan pada pasangan, keluarga, atau
sahabat apabila merasa sangat ‘lelah’
Jangan lupa juga untuk berusaha berpikir positif dan ‘berani
tidak disukai’ dalam menjalani hari-hari kita ya. Semangat Moms!
Comments