Morning Rhapsody

Pagi ini aku melihat dia lagi. Berdiri sendiri dengan tatapan sendu, seakan semua masalah bersandar di bahunya. Tatapan yang sering membuat hatiku bergetar dan berandai-andai apa yang ada di pikirannya. Blus biru menutupi tubuhnya yang indah. Tidak seperti warna biru ketika pertama kali aku melihatnya. Kali ini birunya lebih pucat, sepucat warna kulitnya. Ingin sekali aku menyentuhnya, tetapi sekedar mendatanginya pun aku tak berani.. tak tahu, dimana keberanianku sebagai laki-laki? tapi memang aku tak bisa..

Mungkin sudah lebih dari seratus pagi kulewati dengan memandanginya dari kejauhan. Dia selalu berdiri di tempat yang sama, dengan rapuhnya. Tak peduli berapa orang yang lewat ataupun memandangnya dengan tatapan yang mungkin sudah biasa diterimanya.. Ah, andai waktu dan kesibukan tidak mengejar, ingin rasanya aku mematung dan memandanginya sepanjang hari. Tapi apa dayaku..

Bukannya tidak pernah aku menghampirinya. Di suatu pagi yang cerah seperti biasa aku menunggu angkutan menuju tempat kerja. Hari itu aku melihatnya sedikit berbeda. Wajahnya tidak semendung biasanya dan senyum manis terus merekah di wajah mungilnya. Aku pun terundang untuk mendekatinya. Setelah akhirnya kami berhadapan lidahku terasa kelu. Untung tak lama keluar juga suaraku.

”Nona..apa yang membuat wajah manismu begitu cerah pagi ini?” tanyaku dengan sopan. Dia tertegun dan memandangku dengan seksama untuk beberapa saat. Senyum manisnya meredup dan wajahnya memerah. Lalu tak lama plaaaak! Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Dan gadis manis itu tertawa terbahak-bahak. Aku langsung berbalik dan pergi dengan cepat.

Pagi itu tak mudah kulupakan. Mungkin aku tak akan pernah mendekatinya lagi, walaupun hati ini sangat ingin menyapa dan selalu merindukannya. Ucapan ibu penjaga warung di dekat tempatnya biasa berdiri ketika itu terasa seperti tamparan yang kedua untukku. ”Oalah si mas ini.. Orang gila jangan diganggu,” ujarnya sambil menahan senyum.

Dia pikir aku tidak tahu?! Hanya saja aku tidak bisa menahan diriku.. Ah tidak, mengapa dia harus gila..? Akupun gila dibuatnya!

Pesan kesehatan : insanity is contagious.. =P

Comments

Anonymous said…
alah..alah....ternyata wong edan. menyebalkan!
isnaini said…
Wah, udah mulai creative writing neh ceritanya ya. Congrats. BTW, temen yang satu itu ganti-ganti nama terus ya tapi dengan URL yang sama. Kebayang gak sih
Anonymous said…
gyahahahaha kocak sal!pdhal dah terharu awalnya romantis benerrrr..eeehhh ga taunya wong edan... heheheh
Punkdhut said…
ente majnun........!!hehehehehe....jadi inget buat balikin buku....

Popular posts from this blog

Atur Duit untuk Kesehatan

Manfaat Kol untuk Ibu Menyusui, Emang Ada?

Karang Gigi